Friday, April 17, 2009

Malam Yang Indah

Sahabat, jaman sepertinya sudah terbalik. Sekarang yang baik menjadi asing, yang nggak baik malah jadi vulgar, terang-terangan. Jaman saya sekolah dulu, klo ada anak yang dipacok-pacokno (dijodoh-jodohkan) itu malunya nggak ketulungan. Ketemu saja nggak berani, bahkan klo lewat jalan yang mungkin bisa berpapasan maka lebih baik cari jalan lain. Malu. Kisah serupa dan bahkan lebih ekstrim juga dialami oleh generasi-generasi kedua orang tua kita. Konon klo ketahuan bertamu ke rumah non muhrim itu takutnya minta ampun. Sekedar mbonceng naik sepeda, itu bisa jadi bahan pembicaraan serius tetangga kanan kiri. Luar biasa. Saya kangen dengan masa-masa seperti itu.

Sekarang justru sebaliknya. Anak muda semakin jauh dari norma, etika, sopan santun dan tata krama. Salah satunya dalam hal pergaulan. Ya jujur kita harus mengakui fakta bahwa saat ini semakin liberal, semakin bebas. Pengaruh barat masuk dan merasuki pikiran dan tingkah laku kaum muda. Semakin hari semakin nggak ada bedanya dengan bule-bule di luar negeri yang mungkin pernah kita lihat gaya hidupnya di televisi maupun filem-filem. Semakin langka saja anak-anak muda yang berduyun-duyun meramaikan surau dan langgar. Berangkat dari rumah di sore hari, cium tangan kedua orang tua dan tak ketinggalan menjinjing Al Qur'an di tangan. Ceria berangkat bersama-sama sahabat.

Di masjid ba'da maghrib, terdengar riuh rendah suara tadarus. Ada yang sudah lancar dan lantang. Ada pula yang masih belajar alif ba ta bersama pak Kyai. Di lain waktu, kami duduk bersama mendengarkan cerita bersambung dari bapak ta'mir. Kisah para Nabi, kisah para sahabat dan juga kisah para salafus sholih yang sarat dengan pelajaran agama dan hikmah kehidupan. Sesekali ada senyum dan tawa. Tak lupa bergantian mengumandangkan azan dan senandung puji-pujian hingga waktu iqamat tiba. Relijius meski masih ada main-main, kejar-kejaran maupun canda.

Di akhir jaman ini, anak muda sibuk dengan agenda hura-hura, hedonis. Pergi kesana kemari hanya sekedar senang-senang, menghabiskan waktu. Tak jarang aroma asap rokok, minuman keras dan bahkan narkoba menyelip ditengah-tengah mereka. Mereka takut dianggap bukan anak gaul oleh teman-temannya klo tidak bergabung. Mall, kongkow, plaza, PS, biliar, main kartu, model rambut yang aneh-aneh, pakaian yang ekstrem, aksesoris yang berlebihan, dsb seolah-olah sudah menjadi bagian gaya hidup. Sulit dipisahkan.

Namun tidak pada malam hari itu. Tepatnya Rabu kemarin. Selepas isya hingga menjelang tengah malam. Di sebuah rumah sederhana di ujung gang, berkumpul beberapa anak muda. Bagi saya mereka bukan anak muda biasa, mereka bukan sembarang anak muda. Kekuatan fitroh dan iman di lubuk hati terdalam mampu menundukkan hawa nafsu. Maklum, malam itu adalah malam terakhir UTS. Logika akal dan nafsu pasti lebih memilih untuk ke mall, jalan-jalan, rileks, nyantai dulu, cuci mata. Ternyata logika tersebut tidak berlaku bagi mereka semua. Mereka pilih untuk mengadakan pengajian rutin pekanan. Di dalamnya ada tilawah bergantian, saling mengkoreksi. Ada pula taushiyah, nasehat dalam kebaikan. Sejenak introspeksi tentang iman, dan Islam yang sudah diamalkan selama ini. Kepedulian tentang perkara agama dan hari akherat nanti. Tak ketinggalan, suguhan gorengan seadanya plus buah jeruk segar telah disediakan oleh sang empunya rumah. Serius, tapi masih juga ada ruang untuk tersenyum, meski itu menertawakan diri sendiri. Ya, sungguh indah malam hari itu. Penguasa langit pun seakan-akan menyetujuinya. Hawa yang terasa panas malam itu, didinginkan dengan guyuran hujan yang lumayan lebat. Subhanallah, walhamdulillah...

Sahabat, sepertinya tidaklah berlebihan kalo harapan bangsa dan negeri ini kelak berada di pundak-pundak mereka. Kaum muda yang berani melawan arus dengan tetap memegang teguh keyakinannya. Peradaban tanpa pondasi agama yang kuat sejatinya sedang menuju ke kehancuran. Namun sebaliknya, peradaban dengan pondasi akidah dan keimanan yang kuat, itulah sebenar-benarnya peradaban yang akan jaya, tidak hanya di dunia tapi juga di akherat kelak. Amin...

NB: semoga kita bisa istiqomah semuanya. merangkai satu demi satu malam-malam yang indah berikutnya. insyaAlloh :)

3 comments:

  1. hehehehee itulah lah ak kalau gk sadar dosa :D dosa memang enak sementara akhirnya ya NERAKA JAHANAM,seharusnya banyak psikolog di negeri ini.harusnya mampu jg bs menjadi kiai/pendidik soal spiritual (meski hak masing2) jadi secara tdk langsung berdakwa sekaligus bs merasuki jiwanya dengan hal-hala yang baik .

    sekarang gk ada LEADER yng jadi panutan adapun panutanya dengan gaya modis liberalis dll. gk ada kek jamannya khalifa2 jaman dulu ,

    tapi di tengan dunia yang bapak bilang masih ada 25 % orang yang tiap minggu khusyuk beribadah(maleh seperti kristiani) mash banyak jg yg takut dosa dan saya melihat dunia ini makin berubah ke jaman dimana manusia baik dan buruk 50% heheh pak UTS nya tracingnya panjang amat ,sampai pusing saya

    ReplyDelete
  2. Jgn hanya bisa menyalahkan keadaan tnp ada solusi.
    Alhamdulillah di sekitar kita ternyata masih ada org2 alim &soleh (meski tak terlalu tampak)walaupun jauh lebih banyuak yang kufur. Memang dunia selalu ada 2 hal yg bertolakbelakang. Jika semua org di dunia bejat, maka kiamatlah dunia ini. Sebaliknya pun beghitu, bila semua org di dunia ini baik, tamatlah pula riwayat alam semesta. Masing2 ada krn slg melengkapi. Org alim untuk mengajar org bodoh, org yg kufur sebagai lahan dakwah orang soleh. Wallahua'alam bishowab.

    ReplyDelete
  3. mendekati kiamat kali yaa

    ReplyDelete