Hari H pemungutan suara Pemilu 2009 semakin dekat. Semua kontestan sibuk dengan agenda pemenangan masing-masing. Tak terkecuali partai Pilihan Kita Semua. Dengan kondisi kantong yang memang cekak, karena sebagian besar hanya ditopang oleh iuran rutin para anggota dan kader, maka program-program kampanye dipilih yang minim dana tapi punya efek multiplier, berlipat-lipat. Bukan menggelar ndangdutan, bukan pula mendatangkan artis-artis ngetop, dan bukan juga obral sembako murah. Ya, pilihannya jatuh pada acara Direct Selling dan Direct Marketting alias turun ke bawah, menjumpai masyarakat dari pintu ke pintu.
Sabtu dan Ahad dua pekan yang lalu, kebetulan saya berksempatan turut serta bersama sahabat-sahabat seperjuangan. Tak terkecuali, baik ustadz, karyawan, mahasiswa, ibu-ibu, programmer, wiraswasta, dsb, semua turut ambil bagian. Prinsipnya "Partai yang jelas-jelas orangnya baik-baik ini harus didukung. Klo yang kurang baik saja masih berani show of force ya kenapa yang baik malah malu-malu?". Satu tim terdiri dari dua orang supaya bisa saling mengisi ketika berhadapan dengan konstituen. Amunisinya sederhana, cuma brosur, stiker dan selembar contoh surat suara. Sama sekali nggak ada amplop berisi uang untuk dibagi-bagikan. Meskipun itu untuk kami sebagai imbalan berpeluh ria di siang maupun sore hari. Yang diharapkan cuma satu: Menang dan Mendapat Balasan di hari perhitungan kelak. Itu sudah cukup membayar jerih payah yang kami lakukan.
Beraneka ragam respon masyarakat ketika kami berkunjung ke rumahnya. Sangat bervariasi, dan mungkin itulah cermin masyarakat yang sesungguhnya. Setidaknya ada empat kelompok besar. Yang pertama adalah yang nggak tahu menahu alias masa bodoh atau egp, emang gue pikirin. Kelompok ini blank, cuek klo pada tanggal 9 bulan April tahun ini akan ada pesta demokrasi yang akan sangat menentukan wajah Indonesia di lima tahun ke depan. Untuk keolompok seperti ini treatment kami adalah menjelaskan info tentang pemilu dan pentingnya pemilu bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kelompok kedua adalah kelompok apatis, hopeless alias nggak punya harapan. Kelompok ini sebenarnya sadar klo Pemilu itu penting, tapi karena fakta di lapangan yang seringkali memuat kasus-kasus oknum anggota dewan yang bermasalah membuat mereka putus asa. "Dulu dipilih, eh ternyata korupsi. Eh, ternyata selingkuh. Eh, lupa dengan rakyatnya. Eh, enak-enak shopping di luar negeri, dst". Hal semacam ini yang akhirnya memunculkan rasa keengganan untuk berpartisipasi dalam Pemilu. Percuma. Bahkan saking nemennya, ada yang langsung nawar, "Sudah, berani ngasih amplop berapa?" :(. Untuk kelompok ini, maka kami memperkenalkan diri, bahwasanya masih ada segelintir orang yang alhamdulillah masih baik, masih punya moral, harga diri dan nurani. Sembari kami sodorkan brosur yang berisi prestasi-prestasi konkrit dan nyata yang telah kami capai. Tidak semuanya jelek, masih ada harapan buat negeri ini ke depan. So, jangan sampai terperosok dua kali pada lubang yang sama. Intinya beri kami dukungan dan kesempatan untuk memimpin bangsa ini, untuk membuktikan bahwa kami memang profesional. Efek dukungan memang sulit klo harus dirasakan individu per individu, yang nampak adalah perubahan secara umum. Contoh sederhananya, kita dukung caleg S. Ternyata setelah benar-benar jadi aleg, eh kok jalan depan rumah kita yang berlobang itu nggak segera diperbaiki. Maka ya jangan lantas ngambek duluan, mengklain aleg nggak perhatian. Cek dulu, mungkin prioritas pembangunan dialokasikan untuk tempat lain yang lebih parah kondisinya. Dan kasus semacam ini mestinya bisa juga dikomunikasikan lewat jalur partainya di wilayah terdekat. Disini pentingnya juga mengenal partai pengusung aleg.
Kelompok ketiga adalah kelompok tersulit, yaitu kompetitor alias pesaing. Ya siapa lagi klo bukan pengurus, fans berat atau bahkan caleg dari kontestan lain. Klo sudah ketemu yang seperti ini, ya yang terjadi adalah diskusi, brainstorming. Syukur-syukur bisa mengubah dan mengalihkan pandangan serta pilihan. Kami kemukakan persamaan-persamaan prinsip dan mengklarifikasi berita-berita miring yang beredar di masyarakat yang selama ini menjadi persepsi negatif. "Ooo... ternyata nggak benar ya." Rata-rata begitu komentarnya. Kondisi paling buruk adalah diusir dengan cara halus. "Terima kasih, mas. Maaf saya masih sibuk, ada kerjaan.", "Ooo, saya sudah tahu itu", "Nggak usah, saya sudah punya pilihan kok", dsb. Klo sudah begini ya segera cari rumah yang lain. Masih banyak kok :)
Kelompok terakhir adalah yang palin enak. Ya, mereka-mereka adalah pendukung setia kami selama ini yang jujur kami belum kenal sebelumnya. Luar biasa senangnya. Ibarat menemukan mutiara dalam lumpur. Capek, kepanasan, haus, gerah serasa hilang bila ketemu orang dari kelompok ini. "Mas, saya salut", "Saya simpatisan berat, mas", "Sekeluarga ini mendukung semuanya, mas", "Minta stikernya, mas. Bendera juga boleh klo ada", dsb. Kepada beliau-beliau ini langsung kami tawarkan permintaan dukungan tidak hanya sekedar suara, tapi juga relawan, khususnya menjadi saksi TPS untuk mengwal dan mengamankan suara.
Satu catatan lagi, beberapa kali bapak ibu yang kami kunjungi bertanya, "Sampeyan caleg tho, mas?". Rasanya pengen ketawa saja. Klo masalah rakyat, bertemu dengan konstituen hanya diselesaikan oleh caleg ya jelas berat, bisa legrek. Kita semua yang terjun ke dunia politik sudah semestinya punya tanggung jawab yang sama untuk memperbaiki kondisi masyarakat. Dan sekali lagi itu bukan monopoli para anggota dewan.
Oya, tambahan. Karena kemarin itu bergerilya di daerah Rungkut, maka seperti yang sudah dianalisa dimungkinkan bakal ketemu kolega. Ternyata betul, menjelang siang hari ketemu mahasiswa yang kebetulan kos di kompleks perumahan yang kami serbu. Setelah saling menyapa, brosurpun akhirnya berpindah ke tangannya. Kami berharap bisa menjadi pilihan bagi para pemilih pemula :)
OK, itu dulu berbagi ceritanya. Jangan salah pilih di Pemilu 9 April 2009 nanti. Kenali track record-nya dan pelajari profilnya. Indonesia, harapan itu masih ada :D
For you to see: http://www.youtube.com/watch?v=a17y_WZfKbQ
pak...golput jadi haram gak yaa????
ReplyDeletegolput sptnya lebih banyak mudhorotnya dr pada manfaatnya. insyaAlloh masih ada orang2 dan partai yg masih baik dan layak dipilih. btw, apapun pilihan dan sikap kita, pastikan bahwa kita kelak siap untuk diminta pertanggungjawaban oleh-Nya :)
ReplyDeletemeskipun org baik itu tdk kita kenal?
ReplyDeleteidealnya ya harus kita kenali terlebih dulu. tdk membeli kucing dlm karung. namun menurut saya ada catatan. pertama, klo sebuah partai itu sdh punya sistem internal yg kita kenal bagus dr track recordnya, maka siapapun orangnya akan terbentuk secara otomatis oleh aturan, mekanisme maupun prosedur sistem yg ada. dan sepertinya ke dpn, sebuah partai harus bertransformasi dr berorientasi tokoh, figur, orang menjadi berorientasi sistem. klo sekedar menjual figur, begitu figurnya hilang maka partai bisa kolaps. tidak sebaliknya dgn yg berorientasi sistem.
ReplyDeletekedua, masalah kenal mengenal orang, umumnya kita punya dua jalur, yaitu kenal langsung dan kenal tdk langsung. orang baik yg kita sendiri tahu scr langsung bahwa dia baik maka kita yakin dia baik, misal dia tetangga kita. tapi ada kalanya kita kenal si fulan itu baik krn mendapat cerita dr org lain. dan org lain (perantara) itu sdh kita tahu bahwa dia orang yg baik (jujur, tdk bohong, dst). jalur spt ini bisa panjang ceritanya, bertingkat2, dlm ilmu hadits mungkin ibarat "sanad". dan jalan spt ini jg biasa kita gunakan. wallahu a'lam, niek :)
SaLuT deCh buaT PKS...
ReplyDeleteRumaH SaYA JuGA PErnaH diDaTAngi ReLawaN PKS...
Tp daH ga asinG LAgi ma ReLaWannyA...
Cz BeLiaU aDaLaH GUru ngAJi saYa DuLu WaKTu KEciL...
KLo diinGET2...
DoLo saYA juGA pErnaH ikUT KamPanyE PK (DoLo masiH BLom BerubaH mnJadi PKS)....
^___^
kita dukung dan doakan bersama. semoga PKS istiqomah dlm mengemban amanah rakyat. amin... :)
ReplyDelete