Pemerintah negeri ini sudah bertahun-tahun dipusingkan dengan ukuran nilai UMR untuk pekerja. Khususnya bagi mereka (atau mungkin kita) yang nota bene termasuk strata sosial pegawai tingkat menengah ke bawah. Unjuk rasa serikat kerja juga kerap mewarnai liputan-liputan di media massa. Tak kurang para petinggi dan pimpinan daerah berkali-kali harus turun untuk menenangkan demonstran.
UMR (Upah Minimum Rata-rata) selalu identik dengan tingkat ekonomi masyarakat kelas bawah. UMR naik diharapkan tingkat ekonomi juga naik. Namun seringkali masalahnya kenaikan atau bahkan UMR itu sendiri masih jauh dari dikatakan cukup. Apalagi di tengah-tengah kenaikan harga-harga kebutuhan pokok dan BBM. Mestinya para petinggi negeri ini lebih introspeksi dan turun ke lapangan sebelum memutuskan tetapan yang cukup (untuk hidup dan menghidupi). Mampukah mereka hidup dengan gaji sejumlah UMR???
Sepertinya, tetapan UMR juga perlu diperluas maknanya menjadi Upah MAKSIMUM Rata-rata. Mengingat cukup banyak warga negara negeri ini yang ternyata penghasilannya berlimpah ruah dan mungkin tidak akan habis dinikmati 7 turunan hanya dengan ongkang-ongkang kaki, tinggal menerima hasil keuntungan investasi dari uang yang disimpan di bank! Dengan semangat keadilan dan jiwa kepedulian sosial yang tinggi pemerintah negeri ini seharusnya berani menetapkan Penghasilan Terbesar yang boleh diterima oleh warga negaranya. Tetapan besar penghasilan tersebut sudah dikalkulasi untuk hidup dan menghidupi lebih dari cukup. Potongan gajinya dikelola untuk meningkatkan tingkat penghasilan masyarakat kelas menengah ke bawah dalam bentuk subsidi/ bantuan usaha wiraswasta maupun UKM. Dengan demikian tingkat kemakmuran semakin lama akan semakin merata. Kesenjangan sosial pun juga bisa diperkecil. Allahu a'lam bishowab...
ya g bisa gitu donk, pak . Itu namanya faham komunis yg ingin semuanya sama rata. Tdk ada yg boleh kaya dan tdk ada yg boleh miskin.
ReplyDeletebukannya tdk boleh kaya. boleh kaya, tapi ya jangan nemen2 kayanya. mosok gaji perbulan sampai ratusan juta, tapi tetangga kanan kiri masih ada yg sehari 10 ribu saja susahnya minta ampun. mestinya sampai batas tertentu sebagian hartanya bisa diinsentifkan utk rakyat yg masih kekurangan guna modal usaha, niek :)
ReplyDeleteTapi emang ini kan terjadi di seluruh dunia pak, bukannya cuma di Indonesia. Makanya ada yang namanya hukum 20/80 yaitu 20% populasi dunia menguasai 80% uang yang berputar. Wah tulisan bapak kali ini bakal membuat marah Bill Gates pak :=?
ReplyDelete