Salah satu ciri masyarakat moderen yang cerdas, mapan dan rasional adalah dominansi pengaruh sistem dibandingkan tokoh. Seperti beberapa waktu yang lalu, Perdana Menteri Jepang terpilih ternyata berlatar belakang komedian. Banyak orang khawatir apa dia sanggup memimpin. Kenyataannya Jepang adalah negara di Asia yang paling tahan dengan krisis keuangan global yang saat ini melanda. Ini salah satunya disebabkan karena sistem yang sudah sedemikian tangguh meskipun pemimpinnya orang yang biasa-biasa saja.
Kembali di Indonesia, saat ini euforia Pemilu 2009 mulai menyeruak. Jalan-jalan dipenuhi aneka ragam spanduk, baliho maupun bendera. Tak bisa dipungkiri, tiap partai muncul dengan mengedepankan figur tokohnya masing-masing. Dan ini yang dominan ditawarkan ke masyarakat. PDIP hampir pasti menyertakan gambar foto bu Mega. Demokrat jelas pak SBY. Ada pak Sutrisno Bachir di PAN. Kalangan NU, beberapa masih memilih Gusdur untuk menyertai foto calegnya. Golkar, pak Jusuf Kalla muncul di iklan TV. Gerindra dengan pak Prabowo dan Hanura dengan pak Wirantonya. Dan seterusnya, dan seterusnya. Tiap pemilu kita menemui cerita yang hampir sama dengan di atas.
Kemudian, muncul sedikit pikiran nakal di benak saya. Mohon maaf sebelumnya bagi yang kurang berkenan :). Seandainya (sekali lagi seandainya), hari ini (sebelum Pemilu 2009 digelar), beliau-beliau yang saya sebut di atas tadi meninggal dunia, wafat karena ijin hidupnya sudah dihentikan oleh Alloh SWT selaku pemegang otoritas mutlak, maka pertanyaannya: Berapa orang yang masih memilih PDIP? Berapa yang masih setia memilih Demokrat? Yang memilih Golkar? Yang masih memilih PKB? Yang memilih Hanura? Yang tetap memilih Gerindra? Hampir pasti semua angka-angka prediksi berbagai lembaga survei akan jatuh berantakan!
Itulah semua yang menurut saya efek dari pembelajaran politik partai yang belum tepat. Rakyat masih diracuni dengan figur, figur dan figur, bukan sistem, bukan program dan bukan kader (produk sistem kaderisasi internal partai). Kenapa saya katakan kader? Partai yang baik mestinya dikenal baik karena rakyat langsung kenal dengan kader partai yang baik, dalam kesehariannya di ruang lingkup geografis terdekat yang ia bisa jangkau. Jujur sangat banyak orang di Indonesia ini kenal tokoh-tokoh di atas hanya lewat media. Termasuk saya dan Anda mungkin :D. Kader partai lah yang setiap hari punya kesempatan untuk berinteraksi dan menyapa masyarakat secara langsung, bukan figur.
Fenomena menarik ditunjukkan oleh Partai Hamas di Palestina. Berkali-kali pemimpinnya ganti karena syahid dibunuh Israel, bahkan info terakhir, orang nomer satunya sekarang dirahasiakan, tetapi penduduk Gaza tetap jatuh cinta dengan mereka, menang mutlak dalam pemilu. Itu semua karena kuatnya sistem yang ditunjang kader yang solid dan merakyat. Pemerintahannya bukan elitis tetapi pemerintahan jalanan, maksudnya pejabat benar-benar mendekat, turun dan hidup bersama rakyat. Subhanallah. So, mari kita dukung partai kader, bukan partai figur untuk Pemilu dan Masa Depan Bangsa Indonesia yang lebih berkualitas :)
No comments:
Post a Comment