Friday, January 30, 2009

Mengapa (Harus) Tidak Golput

Golput dan Pemilu, seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dilepaskan. Orang golput seringkali disebabkan tidak adanya pilihan lain, kalo pun ada ya nggak sesuai dengan yang diharapkan. Ada juga karena sudah jenuh, capek karena paling ya hasilnya gitu-gitu saja. Hopeless. Sehingga ikut dan tidak ikut nggak ada efeknya. "Masa bodoh, yang penting agenda dan urusan pribadi masih bisa dikerjakan", cukup itu saja yang terpikirkan.

Saya agak berbeda cara pandangnya. Saya sadar sesadarnya bahwa Pemilu kita belum ideal. Belum bisa menghasilkan pemimpin dan wakil rakyat yang perfect sebagaimana yang diharapkan. Buktinya cukup banyak pejabat dan anggota dewan yang justru terjerumus ke dalam praktek korupsi, alih-alih mau menyuarakan suara rakyat. Meskipun demikian saya yakin bahwa orang-orang yang baik itu masih ada di antara kita, dan orang-orang yang jahat seperti mereka itu yang jangan sampai menjadi wakil kita di parlemen. Partai pengusungnya pun harus bertanggung jawab. Jadi sebelum memilih mari kita kenali lebih dekat calegnya, partainya, kadernya, program-programnya dan kiprahnya seperti apa. Jangan sampai beli kucing dalam karung :)

Selain itu, Pemilu merupakan alat legitimasi pemerintahan bangsa ini (selama belum ada cara lain). Artinya apa? kalo angka golput Pemilu itu tinggi berarti kepercayaan rakyat kpd pemerintah sangat rendah. Ini sangat membahayakan! Negara bisa goyah bahkan kolaps (runtuh). Pihak-pihak yang senang memancing di air keruh bisa berbuat yang tidak diinginkan. Kudeta? Bisa jadi. Stabilitas politik dan tentu berpengaruh ke ekonomi dan hankam, bisa terancam. Ujung-ujungnya chaos. Kepercayaan luar negeri pun bisa turun. Investasi bisa ditarik kembali. Ngeri...

Sobat, Pemilu Legislatif adalah menentukan wakil kita di parlemen yang akan mewakili suara kita sesuai tingkatan dewan, baik kita pilih atau tidak kita pilih. Maksudnya? Misal kita tinggal di kota Surabaya. Ada tiga caleg A dr Partai X, B dr Partai Y dan C dr Partai Z. Ternyata kita golput, dan si B yang menang. Maka si B lah yang akan membawa suara perwakilan warga Surabaya SELURUHNYA! Baik yang golput maupun tidak. Si B bisa mengatasnamakan nama kita, padahal kita nggak merasa memilihnya. Dan kita nggak tahu si B itu gimana orangnya. Benar-benar memperjuangkan aspirasi rakyat, membawa kebaikan ato sekedar "mengembalikan" modal jadi anggota dewan ato bahkan pengen menambah kekayaan? Percuma kan golput? Jadi, kalo kita tahu ada caleg yang baik, dari partai yang baik, yang kita tahu kader dan track recordnya baik ya kenapa harus golput? "Wah nggak ada yang baik, kok!" Tunggu dulu, Kawan. Klo memang sama sekali nggak ada yang baik ya sepertinya kita berarti sdg tinggal di neraka, bukan di dunia. Kacamata idealitas kita mungkin perlu diturunkan sedikit kriterianya. Kita kumpulan manusia, bukan malaikat. So, mari kita telusuri dulu. "Males?" Lho jadi warga negara yang baik nggak boleh males, pengen enaknya saja. Kan sekarang sdh bisa pake Google. Yakinlah harapan itu masih ada :)

Orang bijak pernah ditanya tentang kesertaan di Pemilu maka beliau menjawab, ”Saya melihat pemilu adalah suatu kewajiban dan kita harus menentukan orang yang kita anggap memiliki kebaikan karena apabila orang yang baik mundur, lantas siapa yang mengisi posisi mereka? Tentunya posisi itu akan diduduki oleh orang-orang jahat atau orang-orang yang tidak memiliki pendirian atau yang tidak mempunyai kebaikan dan juga keburukan, ia hanya mengikuti setiap orang yang mengajaknya, untuk itu kita harus memilih orang yang kita anggap baik. Apabila ada orang yang bertanya,”Kita hanya memilih satu orang sementara sebagian besar majelis tersebut adalah sebaliknya?” Kita jawab, ”Tidak apa-apa. Satu orang ini apabila Allah menjadikan di dalamnya ada keberkahan dan dia menyuarakan kalimat kebenaran di majelis tersebut tentunya akan memberikan bekas (pengaruh)…”

Wallahu a'lam bishowab. Selamat datang Pemilu 2009. Jadikan ia momentum perubahan. InsyaAlloh.

3 comments:

  1. wahhh ......setuju gk pak dengan fatwa MUI ??? tapi seharusnya sebelum fatwa itu keluar harus ada fatwa yang menghebokan lagi ,misla FATWA HARAM MEMASUKI KAWASN DOLLY /JARAK atau di tutup sekalian :D di jamin banyak yang mendukung :)

    ReplyDelete
  2. drpd fatwa haram, mending ditutup sj tempat itu, ruq. org2 disitu diajari wirausaha UKM + bimbingan sprititual spy lepas dr bayang2 masa lalu. jujur fatwa MUI itu krg berasa efeknya, krg kuat ikatannya. banyak jg umat Islam yg mengabaikan. meskipun kita sangat apresiasi dgn usaha para ulama tsb :)

    ReplyDelete
  3. wah BANG FARUQ klo aku sih setuju aja ama fatawa MUI, coz tradisi orang INDONESIA tuh klo g dipaksa g bakalan dilaksanakan. Benernya klo kita sadar bahwa suara kita sebenarnya sangat "menentukan & mempengaruhi" arah dan laju negara kita tercinta.

    yang saya bingungkan di NEGARA KITA ini adalah mengapa sih parpol yang kalah selalu jadi partai oposisi yang selalu berusaha menjatuhkan presiden terpilih. kayaknya mereka gak bisa LEGOWO dalam menerima kekalahan..........

    Saya selalu berharap dengan adanya pemilu 2009, INDONESIA dapat berjaya dan tercipta kedamaian dan kesejahteraan yang merata


    amiiinnnn

    I LOVE INDONESIA

    "warga yang baik selalu berfikir: apa yang dapat kita berikan untuk NEGARA, bukan apa yang kita dapat dari NEGARA"

    ReplyDelete