Dosen. Ya profesi yang satu ini di lingkungan kampus sering diplesetkan menjadi "kerjanya sak-DOS, gajinya sak-SEN". Maksudnya kerjanya sebanyak satu kerdus tetapi gajinya cuma satu sen. Mungkin ada benarnya. Kok bisa? Ini salah satu ceritanya. Pernah dalam sebuah koran memuat berita tentang seorang Guru Besar (Profesor) dari kampus negeri terpandang di negeri ini yang gajinya cuma sekitar 4 jutaan perbulan. Orang yang sesakti-saktinya guru itu hanya dapat gaji bulanan yang mungkin setara dengan posisi middle manager atau junior analyst perusahaan swasta di Surabaya. Memprihatinkan. Dan alhamdulillah pemerintah cukup merespon kondisi ini dengan menetapkan tunjangan profesi bagi tenaga pengajar yang telah tersertifikasi, meskipun bertahap.
Terlepas dari masalah gaji, sebenarnya ada yang jauh lebih penting. Kebahagiaan tidak melulu harus dilihat secara materi (gaji, uang, pangkat, dsb). Bagi seorang pengajar (apapun namanya) tidak bisa dipungkiri bahwa kebahagiaan sejatinya adalah tatkala melihat anak didiknya sukses. Apa itu sukses? Menurut saya sukses itu berarti bermanfaat bagi orang lain. Tidak malah menyusahkan orang lain (alias pembuat masalah). Bisa berperan dalam memperbaiki kondisi lingkungan sekitar. Dan yang nggak kalah penting, sukses itu berarti bisa menemukan dan memahami makna hidup itu sendiri. Percuma uang banyak tapi hasil korupsi. Akan hancur hati para pendidik ketika melihat anak didiknya jadi anggota dewan tapi kemudian jadi penghuni tahanan. Namun saya yakin, meskipun anak didiknya bergaji kecil tapi halal itu akan jauh lebih membanggakan.
Masalahnya sekarang itu semua hanyalah harapan kami, para pengajar. Harapan yang mungkin hanya tinggal harapan jika sang anak didik sendiri tidak mempunyai visi dan motivasi yang sama. Yang terjadi mungkin dosen memberikan arahan-arahan cuma dianggap angin lalu. Masuk telinga kanan keluar lewat telinga kiri. Kenapa? Ya itu tadi, frekuensi visi dan motivasi kuliah sang anak didik belum sesuai dengan sang guru. Resonansi ledakan potensi belum bisa terjadi. Menyerahkah kami? No way. Sebuah kepuasan tersendiri bagi kami untuk bisa menyampaikan ilmu yang bermanfaat, memberikan nasehat dan berbagi pengalaman hidup. Berhasil atau tidak itu bukan urusan kami. Yang Di Atas Maha Adil dan Bijaksana :)
dalam rangka memperingati hari guru nasional
heheheh DOSEN = itu bayang-bayang cita2 saaya sebelum lulus smu dan membayangkan gajinya memang segede gajah hehehe ,tp kenyataan memang gk segitu
ReplyDeletetapi setahu saya dan pengalaman saya berbicara seorang pendidik itu puas kalau apa yang diajarkan masuk ke otak muridnya dan di amalkan (bener kata anda pak)tp gk munafik jg guru.dosen jg perlu duit buat anak istrinya(maklum bapak ibu saya jg seorang pendidik)
hehehe motivasi anak didik sekarang beda sama motivasi jamanya sampean pak,seakrang yang penting lulus dapat IPK bagus kerja enak heheheh itu sih yang saya liat dari temen2, kuliah motivasinya bukan cari ilmu cumak cari gelar dan nilai tinggi supaya bisa kerja enak .....
Betwe any way dan busway.... kata guru ngaji saya bilang ,orang masuk surga itu ada bebera sarat termasuk ilmu yang bermanfaat bener gk pak :P(guru termasuk salah satu penghuni syurga nantinya "insya allah)
mav ganggu
ReplyDeleteal-khindi atao alkhindus seorang penemu kriptografi,
itu sumber atau buktinya ada dimana, saya sudah cari di
internet ma perpus kok gak ada, mohon balas trims
trims atas informasinya, karena buku kemaren yang saya
ReplyDeletepinjam dari perpus its salah ambil sama gak sesuai
dengan materi yang saya inginkan, kajian buat anak sore
itu digabung apa ada jadwal sendiri karena anak2 ingin
ikut, mohon balas