Ini merupakan karakter istimewa dalam da'wah Ikhwan, sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh Hasan al-Banna rahimahullah:
"Kita bukan partai politik, meskipun politik yang berpijak di atas prinsip Islam merupak inti fikrah kami. Kita bukan organisasi jasa sosial, meskipun amal sosial kebajikan termasuk dalam tujuan-tujuan agung kita. Kita bukan tim olahraga, meskipun latihan jasmani dan ruh merupakan sarana da'wah kita yang paling penting.”
Kita sama sekali bukan kelompok-kelompok seperti itu. Karena semua itu dibentuk dengan tujuan lokal yang terbatas dan dalam jangka waktu yang terbatas pula. Bahkan bisa jadi kelompok-kelompok itu dibuat hanya semata didorong kesenangan membentuk organisasi, disertai rasa bangga menyandang gelar jabatan organisasi di dalamnya.
Da'wah Ikhwan adalah fikrah sekaligus aqidah, undang-undang sekaligus sistem yang tak dibatasi oleh tempat dan tidak terikat dengan ras. Tidak dipisah oleh sekat-sekat geografis. Misinya tak pemah selesai hingga Allah mewariskan bumi dan isinya kepada kaum muslimin. Karena Islam merupakan undang-undang dari Rabb sekalian alam dan manhaj Rasul-Nya yang terpercaya.
Karena itulah, da’wah Ikhwan memiliki tabi'at saling menyempurnakan. Sasaran-sasarannya menyeluruh (integral). Ia tak dibatasi oleh satu sisi ajaran Islam dan mengabaikan sisi lain. Tidak juga lebih cenderung mengutamakan satu sisi di atas yang lain. Sasaran yang ingin dituju da'wah Ikhwan juga bukan sasaran lokal yang terbatas. Sasarannya adalah membina pribadi hingga tegaknya kedaulatan Islami, dan dari sana kemudian kita bertolak dimuka bumi untuk meninggikan
agama Allah.
Integralitas da'wah Ikhwan juga tercermin pada pola hubungan dan interaksinya dengan manusia. Da'wah Ikhwan berbicara kepada akal mereka melalui argumentasi dan pemikiran. Da'wah Ikhwan mengetuk hati mereka dengan membersihkan karat yang meliputinya, mengingatkan mereka dengan Rabb dan sifat-sifat-Nya, serta memperdalam rasa sensitif terhadap akhirat. Da'wah Ikhwan juga menyentuh fitrah manusia yang mengandung keimanan secara fitri lalu menghubungkan fitrah tersebut dengan Islam.
Karakter Keempat: Jauh dari Arena Perselisihan Fiqih
Adapun jauh dari arena perselisihan fiqih (ikhtilat fiqhy), disebabkan ikhwan meyakini bahwa perselisihan dalam masalah far'iyat (cabang) merupakan masalah yang pasti terjadi dan tak mungkin dihindari. Akal dan paham manusia dapat berbeda dalam memahami dan menangkap gambaran prinsip Islam, baik yang terdiri dari ayat al-Qur'an, hadits dan perbuatan Rasul saw. Karena itu, ikhtilafpun pemah terjadi di kalangan sahabat radhiallahu 'anhum dan akan terus terjadi hingga hari kiamat.
Betapa bijaksana Imam Malik radhiallahu 'anhu ketika berkata pada Abu Ja'far al- Manshur, muridnya, yang hendak mengarahkan seluruh manusia pada satu madzhab melalui kitab al-Muwattha' karya Imam Malik, "Sesungguhnya para sahabat Rasulullah saw., menyebar di berbagai kota. Dan setiap kaum memiliki pengetahuan sendiri-sendiri. Jika engkau ingin membawa mereka pada satu pendapat, niscaya akan timbul fitnah."
Yang dikatakan aib atau kesalahan, tidak terletak pada faktor ikhtilaf, tetapi pada sikap ta'ashub (fanatik) terhadap pendapat dan menolak mentah-mentah pemikiran serta pendapat orang lain.
Sudut pandang dan sikap yang benar terhadap masalah khilafiyah, dapat mengumpulkan hati manusia yang berbeda-beda pada kerangka fikrah yang sama. Zaid radhiallahu'anhu mengatakan, bahwa sudut pandang tentang ikhtilaf ini harus ada dalam sebuah jama'ah yang ingin menyebarkan fikrah dalam satu wilayah yang telah diguncangkan oleh pengaruh perselisihan masalah yang sebenamya tak perlu diperselisihkan."
(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)
dakwah ikhwan pilihanku juga.... :D
ReplyDelete