Monday, February 14, 2011

Valentine's Day Menurut Islam

If there were no words…no way to speak
I would still hear you
If there were no tears
No way to feel inside, I’d still feel for you

And even if the sun refused to shine
Even if romance ran out of rhyme
You would still have my heart until the end of time
You’re all I need, my love, my Valentine

Pernah mendengar lantunan lagu dari lirik di atas? Yup, itu adalah penggalan lagu wajib bulan Februari yang berjudul Valentine. Dengan suara merdu Martina McBride diiringi lantunan piano ciamik dari Jim Brickman, lengkap sudah nuansa syahdu yang dihadirkannya. Apalagi kalo kamu lagi poling in lop (falling in love), huaaa….suasana Februari yang mellow jadi semakin biru…. (eh, pink kali yee..).

Kehebohan Valentine’s Day (VD) sebagai sebuah perayaan hampir-hampir menjadi menu wajib dan menggantikan hari besar lainnya. Coba bandingkan peringatan Isra’ Mi’raj, dan Maulid Nabi dengan Valentine’s Day. Jauh banget dah. Peringatan hari besar Islam identik dengan ceramah, dihadiri oleh sosok berjenggot dan perempuan berjilbab, dan dirayakan secara sederhana. Itu semua bagi sebagian orang dianggap sebagai simbol kuno.

Sebaliknya dengan perayaan VD yang identik dengan pesta sambil membawa pasangan lawan jenis masing-masing, baju rapi jali bagi yang cowok dan gaun malam yang setengah telanjang bagi si cewek, dan perayaan secara mewah. Inilah simbol yang katanya modern yang banyak diikuti remaja. Anak SD, SMP, SMA, hingga kuliah bahkan yang sudah kerja pun merasa bahwa merayakan hari Valentine adalah wajib. Didorong oleh media baik elektronik semacam TV dan cetak semisal surat kabar, majalah dan tabloid, momen Valentine’s Day ini sengaja di blow-up oleh pihak-pihak tertentu. Seakan-akan ada rasa malu dan ketinggalan jaman bila sampai tidak ikut merayakan hari yang katanya penanda kasih sayang itu.

Valentine, bukan budaya kita
Sudah banyak tulisan yang membahas tentang hal ini. Kalo kamu rajin browsing internet dan banyak baca artikel di sana, akan terlihat bahwa Valentine bukanlah milik kita. Sedikit mengulas bahwa ada beberapa versi yang menyebutkan darimana asal muasal perayaan VD ini. Ada versi yang mengatakan bahwa hari Valentine adalah perayaan untuk mengenang pendeta Valentino yang mati karena membela keyakinannya. Ada juga yang bilang pendeta ini mati karena membela cinta dua jenis anak manusia padahal gereja telah melarangnya. Bahkan ada versi yang mengatakan bahwa pada tanggal14 Februari ini adalah musim kawin sejenis burung tertentu. (lengkapnya silakan lihat di Microsoft Student with Encarta Premium 2008)

Dari sekilas penjelasan di atas, kamu-kamu jadi ngeh kan bahwa sesungguhnya budaya hari Valentine dan merayakannya bukan berasal dari Islam. ‘Kan boleh, cuma sekadar ikut merayakan saja. Bukankah ini hari kasih sayang sedunia yang universal?’ Mungkin sebagian dari kamu berdalih begitu. Oke, tapi bagi kaum muslimin, kita udah diwanti-wanti sama Allah Swt. melalui firmanNya:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al-Israa [17]: 36)

Nah, inilah uniknya Islam. Tidak ada yang namanya sekadar ikut, cuma ngikut atau ikut-ikutan saja. Sebelum melakukan suatu perbuatan, sebagai muslim, kita harus paham apa dan bagaimana Islam menyikapinya. Ini mendidik kamu, para remaja muslim, agar tidak menjadi generasi pembebek. Generasi yang bisanya cuma ikut-ikutan tanpa tahu ilmunya. Islam mengajak kamu untuk cerdas dalam menyikapi sesuatu.

Tidak ada kata “cuma” dalam kehidupan seorang muslim. Itu karena tiap perbuatan meskipun itu sebesar debu akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Begitu juga dengan perayaan Valentine. Banyak orang berdalih untuk membenarkan dirinya sendiri ketika ia turut larut dalam perayaan ini. Atau, meskipun ia tidak turut merayakan, tapi ia juga tidak melarang. Walah, ragu-ragu maksudnya? Begitulah, di satu sisi orang seperti ini takut dicap fanatik, tapi di sisi lain ia juga takut dianggap ketinggalan jaman. Jadilah, antara bilang iya dan tidak dalam penyikapannya.

Valentine, sarana perusak generasi
Rasulullah saw. Bersabda: Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi? (HR. Bukhari Muslim)

Bukan karena Rasulullah pinter meramal ketika apa yang dikatakan beliau ternyata benar adanya. Tapi karena beliau khawatir terhadap kebodohan umat yang semakin meluas. Kebodohan inilah yang menjadi penyebab kaum muslim yang seharusnya sebagai umat terbaik, malah menjadi umat pengekor. Dan ternyata, semua itu menjadi kenyataan ketika kita melihat kelakuan remaja-remaja sekarang yang bisanya cuma mengikut budaya Barat.

Emang sih, nggak semua yang berasal dari Barat itu buruk. Tapi dalam hal perayaan hari Valentine ini jelas-jelas buruk dan merusak generasi muda. How? Pertama, mulai dari asal muasalnya aja udah jelas-jelas nggak benar menurut pandangan Islam untuk ikut merayakan. Kedua, yang namanya merayakan Valentine, umumnya sama pasangan alias kekasih atau pacar. Ketiga, kalo udah mulai urusan pacar-pacaran begini, mau dibawa kemana hubungan dua anak manusia berlainan jenis kelamin ini? Gaul bebas? Sangat mungkin!

See, nggak kekurangan cara musuh Islam untuk merusak kaum muslimin termasuk generasi mudanya. Seiring dengan semakin bebasnya teknologi informasi berupa alat telekomunikasi, budaya merayakan Valentine ini dengan mudah masuk ke kamar-kamar kita. Bisa lewat surat kabar, majalah remaja, radio, TV, internet, HP, dll.

Bo’ong besar kalo ada yang bilang bahwa Valentine adalah hari kasih sayang. Kalo memang seperti itu, kenapa juga yang dijadikan sasaran adalah anak-anak muda? Kenapa bukan ibu-bapak kita, kakek-nenek kita? Soalnya jauh lebih strategis merusak generasi yang bakal menjadi penerus peradaban alias pemuda. Kalo pemudanya rusak, ho ho ho, mudah banget merusak sendi lainnya. Betul itu.

Valentine, wajah buruk budaya Barat
Valentine’s Day diyakini sebagai hari kasih sayang. Ah, masa’ iya sih? Jangan mudah kamu dibodohi oleh slogan semacam ini. Why? Karena kalo beneran mereka yang suka menjajakan Valentine itu memang merayakan kasih sayang, tanya buktinya. Angka perceraian tinggi, anak-anak menjadi rusak karena brokenhome, prostitusi merajalela bahkan disahkan oleh negara, aborsi juga legal, para orang tua ditelantarkan di panti jompo dll. Inikah kasih sayang yang bisa dicontohkan oleh mereka?

Lalu sekarang coba tengok ke arah Timur. Irak hancur lebur, muslimahnya jadi korban perkosaan para tentara Barat, anak-anak kecil dan orangtua serta warga sipil dibantai tanpa ampun, negerinya dijajah dan porak-poranda. Belum lagi Afghanistan, Bosnia, Chechnya, bahkan Indonesia. Semuanya dijajah. Bila tidak secara fisik, pastilah secara ekonomi dengan hutang yang diwariskan pada anak cucu kita. Secara budaya, salah satunya adalah memaksakan perayaan Valentine ini ke generasi muda kita. Waspadalah! Waspadalah!

Pheww….ternyata jauh banget ya kenyataan dengan syahdunya lirik lagu di atas? Jaka sembung bawa kebo, nggak nyambung bo’.
Masa’ iya sih, setelah tahu hakikat asli wajah buruk di balik Valentine, kamu masih suka-cita menyambutnya? Nyadar euy!
Valentine itu hanya sebuah momen bagi para kapitalis yang mata duitan untuk menangguk untung sebanyak-banyaknya. Coklat, boneka, dan bunga jadi laris manis. Begitu juga dengan kartu sok romantis padahal aslinya cuma pingin mendapat kecup manis dari sang gebetan. Walah, naudzubillah banget.

Campakkan Valentine!
Yo’i, saatnya kita mencampakkan budaya yang jelas-jelas nggak memberi manfaat apa pun pada kita, kaum muslimin. Kalo hanya dengan alasan kasih sayang, Islam adalah sumber dan muara kasih sayang itu sendiri. Mulai dari haramnya aborsi karena setiap anak punya hak hidup, naluri sayang seorang ibu juga dijaga agar tidak dirusak oleh paham atas nama kebebasan. Begitu juga dengan penghargaaan seorang anak yang tinggi untuk menghormati ibu dan bapaknya. Nggak ada konsep penitipan panti jompo dalam Islam. Toh, betapa pun tuanya orangtua kita, merekalah yang dulu pernah melahirkan dan membesarkan kita dengan kasih sayang. Tul kan?

Hubungan laki-laki dan perempuan bila ingin berkasih-sayang, ada sarananya. Pernikahan. Di sinilah satu sama lain diajari untuk mengenal kasih-sayang sejati yang diikuti tanggung jawab. Bukan hanya bisa memberi bunga, coklat dan boneka tanpa berani berkomitmen dan maunya sekadar pacaran mulu. Tapi Islam mengajarkan cowok untuk jadi laki-laki sejati, begitu dengan para cewek. Jangan mau digombali hanya dengan rayuan tak bermutu.

Bukan hanya dengan sesama manusia, kasih sayang dianjurkan oleh Islam untuk diberikan juga pada makhluk lainnya semisal hewan, tumbuhan dan lingkungan. Hewan boleh disembelih sewajarnya untuk kebutuhan umat manusia. Tidak boleh menyiksa apalagi menyakitinya. Jangan malah kebalik. Banyak orang kafir itu yang tidak mau menyakiti binatang, tapi malah hobi membantai umat manusia terutama kaum muslimin.

Tumbuhan juga harus diperlakukan dengan seharusnya. Tidak boleh ada eksploitasi hutan demi memuaskan nafsu para kapitalis yang haus duit. Mereka yang suka gembar-gembor Valentine’s Day dan kasih sayang, malah mereka juga yang enggan untuk melindungi dan menyayangi bumi. Contohnya Amerika tuh yang menolak peduli terhadap efek global warming atau pemanasan global. Ozon yang semakin menipis karena efek rumah kaca, toh itu juga banyak berasal dari negaranya yang penuh dengan gedung bertingkat dan pemakaian freon secara berlebihan.

Kalau sudah begini, kamu masih percaya dengan Valentine’s Day adalah hari kasih sayang? Universal pula? Naif banget kalo iya. Moga aja dengan artikel sederhana ini kamu tersadar akan bualan nggak bermutu tentang makna kasih sayang. Cukup Islam saja sebagai tolok ukur dalam seluruh perbuatan kita. Insya Allah pasti selamat dunia-akhirat. Dijamin!

So, mari kita campakkan Valentine dan ambil Islam saja sebagai the way of life yang penuh kasih sayang. Yuk, kaji Islam biar cerdas dan takwa.

Sumber: http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/valentines-day-itu-bualan.html.

Artikel terkait:
- http://media.isnet.org/antar/etc/Valentine1.html
- http://syariahonline.com/pencarian.php?mod=view&id=3743&key=valentine

7 comments:

  1. assalamualaikum..wr.wb

    maaf sebelumnya,
    saya tertarik dengan pembahasan masalah VD yang bapak bahas di atas,saya sangat setuju tentang VD bukan tradisi kita tapi dengan adanya VD kita bisa sedikit menyelewangkan dengan cara dan keyakinan yang kita miliki, sama halnya para wali 9 yang menyebarkan islam di jawa beliau menggunakan adat jawa yang pada waktu itu kental degan hindu budha tetapi bisa di modifikasi untuk meng islamkan sesrang pd wktu itu,contohnya wayang kulit dl adalah sebagai media dakwah sunan kali jogo dan masih bnyak yg laenya yang tidak bisa saya uraikan,. terima kasih dan maaf apabila ada tulisan saya yang kurang berkenan.,

    wassalam.....

    ReplyDelete
  2. usulan yg bagus, tapi ada catatan khusus:
    1. sy sepakat wali 9 punya peranan dlm memperbanyak pemeluk agama Islam. tp menurut saya dakwah beliau2 itu sebenarnya belum tuntas. jujur sangat banyak saudara muslim kita yg belum paham dgn baik apa itu Islam sesungguhnya, Islam yg kaafah. kita mungkin jg termasuk di dalamnya. bahkan ujung2nya bisa hanya "Islam KTP" :(
    2. katakanlah dikonsep VD yg "Islami". akan seberapa Islami acara tsb? sejauh mana nilai2 syariat akan diberlakukan? seberapa besar potensi keberhasilannya dlm dakwah? terus terang saat ini perayaan VD identik dgn maksiyat kpd Alloh, bukan taat kpd-Nya. akankah konsep yg baru itu bisa menarik orang2 yg akan didakwahi?
    3. opsi ketiga, drpd susah2 mengkonsep VD yg Islami kenapa tidak kita masifkan syiar kegiatan2 yg sdh jelas dasarnya dlm Islam. logikanya, yg sdh jelas sj msh banyak yg belum digarap serius, ya kenapa harus mbuat yg baru? :)

    so, jika mmg ada niatan utk. berdakwah lewat VD ya monggo. innamal a'malu bi niyat. tapi koridor2 syar'i harus tetap dijaga. kita akan lihat hasilnya :)

    ReplyDelete
  3. seep...setuju bngt.,
    . untuk meneruskan jasa beliau ya mulai dari diri kita begitu semua penyebar agama islam yg dahulu sampai sekarang lom tuntas donk??:-)
    dengan kita berbuat kebaiakn dan beribadah insyalah itu sama dengan meneruskan pejuang2 islam,gak perlu muluk2 berdakwah kesana kemari di mulai dari diri sendiri dan lingkup kecil mungkin keluarga,sdr n tmen insyallah lbih bermanfaat jika di laksanakan secara istoqomah dan ikhlas.aminn...,

    untuk masalah VD sikap saya emmm....biasa az yang penting tidak merugikan orang laen az,..kl saya sendiri kurang begitu ngeh dg VD, apakah kasih syang harus ada hr khusus hehehe..... :-)

    ReplyDelete
  4. assalamualaikum..wr.wb

    maaf pak hbs lihat di wordpress bapak seru bnget tentang topik ini mbahas tentang VD...!!!

    kalau menurut saya VD ngapain di pikir GITU JA KOK REPOT

    hehehehehehhe

    ReplyDelete
  5. gak gaul lho tonk...ndeso

    wkwkwkwkwkwkw.....

    ReplyDelete
  6. blognya bagus pak ! jangan lupa maen2 ke blog saya

    hmsf08.blogspot.com

    di tunggu!

    ReplyDelete
  7. kok ternyata rame ya ...
    maav pak cuma ikut nimbrung.

    ssya sepakat sama kalimat penutupnya.
    "innamal a’malu bi niyat"

    so,, mau VD mau gak VD,, klo niatnya bnyk mudhorotnya insya Allah jauh sama yg namanya pintu (katanYa GIGI)

    ReplyDelete