Saturday, October 23, 2010

Renungan untuk Muslim Muda

Ketika seorang ibu meminta tolong kepada anak bujangnya untuk mengantarkannya pergi mengikuti pengajian bersama teman-teman di daerah Blok M, lalu si anak yang sedang asyik dengan komputer-nya menolak dengan baik, lalu menjawab, "Aduh bu, aku lagi ada kerjaan nih. Ibu perginya di anterin sama pak supir aja ya..."

Maka si ibu pun pengertian dan sebagaimana biasanya ketika pamit, beliau pun mengecup kening si anak, "Ya sudah, ibu pergi dulu ya, dan diantar sama pak supir..."

Mungkin belum sampai 5 menit sang ibu meninggalkan rumah, tiba-tiba telpon cellular si anak bujang yang (katakanlah) bernama Doni itupun berdering. (Mohon maaf, apabila terjadi kesamaan nama dan peristiwa, maka itu merupakan “KESENGAJAAN” belaka..hi hi hi…:)

Dari seberang terdengar (samar-samar) suara perempuan yang menyapa, “Don kamu lagi ngapain sayang?” Owh.. rupanya si penelpon adalah pacarnya Doni. Lalu terjadilah percakapan…

Doni : Nggak, aku lagi chatting aja kok sayang …
Pacar Doni : Yank, kemaren aku lihat tas di Blok M, bagus banget deh.
Doni : Teruuus …
Pacar Doni : Temenin aku yah, aku mau beli nih …
Doni : Ya udah, aku mandi dulu yaa …
Pacar Doni : Iya sayang, aku tunggu yaa, love you sayang…

Ck..ck..ck… MasyaAllah, ajaib nggak tuh…!?

Ketika sang ibu meminta tolong untuk mengantarnya ke daerah Blok M, si anak mengatakan “sedang ada kerjaan..” Sementara rumahnya terletak di daerah Bintaro, dan si pacar di Bekasi.

Fantastic! ternyata si anak bujang itu lebih memilih RUTE Bintaro—Bekasi—Blok M—Bekasi—Bintaro, ketimbang Bintaro—Blok M—Bintaro untuk rasa cintanya yang dapat dikatakan (sesaat) itu. Mengapa? Si pacar belum tentu menjadi istrinya. Meski kelak menjadi istrinya pun, belum tentu hingga sakrotul maut yang memisahkan mereka. Sementara sang ibu? Sampai kapanpun orang yang telah melahirkannya itu akan tetap sebagai ibu kandungnya.

Nah saudara-saudariku tersayang rahimakumullah…
Kisah sederhana seperti itu sesungguhnya sangat sering kita dapatkan dan saksikan dalam keseharian. Sedemikian dahsyatnya pengaruh PEMIKIRAN dan BUDAYA yang di kreasikan oleh para pembenci Syari’at Islam di bumi milik Allah ta’ala. Bayangkanlah… terhadap hal-hal semestinya menjadi prioritas (kedua) saja telah mereka lalaikan sedemikian rupa. Bagaimana jadinya dengan prioritas UTAMA, yakni sebenar-benarnya CINTA kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam…!?

Besediakah mulai saat ini kita lebih memfokuskan diri agar memperbaiki debilitas (kelemahan) iman yang sedemikian rupa…???

Wallahua’lam bish-showab.

Tangguh Mahesa
http://fkpi.forumotion.com/muhasabah-renungan-f30/sekadar-renungan-t56.htm

No comments:

Post a Comment