Tuesday, September 28, 2010

Menyoal Sepak Terjang Densus 88

Keberhasilan Densus 88 yang Meresahkan

Jakarta - Bermodal foto dari fotografer amatiran serta setumpuk data olah tempat kejadian perkara (TKP), yang dikumpulkan Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut), Detasemen Khusus Antiteror 88 Kepolisian Republik Indonesia, atau Densus 88, langsung bergerak. Mereka memburu para perampok bersenjata Bank CMIB Niaga, Medan, 18 Agustus 2010.

Minggu, 19 September 2010, operasi penangkapan pun dilakukan secara serentak di Tanjung Balai dan Hamparan Perak, Sumut. Dalam penggrebekan di Tanjung Balai, Densus 88 menembak mati Dani alias Ajo dan Dani Alias Yusgiantoro. Sementara di Hamparan Perak seorang pelaku bernama Ridwan alias Iwan tewas ditembak. Selain menembak mati 3 tersangka pasukan khusus anti teror ini juga membekuk 15 terduga perampokan lainnya di sejumlah wilayah di Sumut dan Lampung.

Polri mensinyalir para perampok tersebut merupakan jaringan teroris Sumut dan Aceh yang dipimpin Mustofa alias Abu Tholut. Aksi penangkapan yang dilakukan Densus 88 bisa dibilang sangat cepat dan serentak. Alhasil kinerja pasukan elit Polri ini mendapat sambutan positif dari Kapolri Bambang Hendarso Danuri, yang menyempatkan diri mengunjugi Sumut. Keberhasilan itu juga menambah daftar catatan prestasi bagi Densus 88, yang dibentuk 20 Juni 2003, silam.

Namun, tiada gading yang tak retak. Keberhasilan yang ditorehkan pasukan elit Polri tersebut bukan tanpa cacat atau kritikan. Dalam operasi penangkapan para Perampok CMIB Niaga, Medan, aksi mereka banyak disorot dan kritik sejumlah kalangan. Densus 88 dianggap arogan karena mengganggu kinerja Polda Sumut.

Sumber detikcom di Polda Sumut mengatakan, tindakan Densus 88 Mabes Polri yang tidak berkoordinasi dengan penyidik Polda dalam penangkapan tersebut. Padahal Densus 88 mendapat semua data dan informasi yang telah dikumpulkan. Termasuk orang-orang yang sudah menjadi target Polda.

"Kita sudah memberikan semua data-data terkait perampokan CMIB Niaga, termasuk TO yang kita buru. Tapi sayangnya mereka tidak kooperatif dalam memberikan informasi saat melakukan penangkapan itu. Mereka jalan sendiri," jelas sumber tersebut kepada detikcom.

Tidak adanya koordinasi dan update informasi yang dilakukan Densus 88, sempat membuat repot para wartawan yang mencari informasi di lingkungan Polda saat penangkapan berlangsung. Sebabnya baik Kabidpenum maupun Kapolda seolah tidak mengetahui apa yang dilakukan Densus. Beberapa rilis Polda Sumut berbeda dengan kejadian di lapangan. Misalnya, mengenai jumlah tersangka yang tewas serta lokasi penangkapan.

Dengan kata lain, ujar sumber yang enggan disebutkan namanya tersebut, dalam kasus penangkapan pelaku perampok CMIB Nuaga, Polda Sumut hanya bertugas sebagai "pencuci piring". Personel Polda hanya bertugas membersihkan sisa-sisa penangkapan dan menjaga TKP penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88. "Kami hanya kebagian membersihkan dan menjaga TKP. Tidak dilibatkan dalam penangkapan tersebut," ungkapnya.

Sikap arogan yang dilakukan Densus 88 bukan hanya terhadap otoritas kepolisian setempat. Saat itu, mereka menerobos masuk area Delta Bandara Polonia, Medan, untuk melakukan boarding ke pesawat carter. Personel Densus 88 yang berjumlah sekitar 20 orang dilaporkan tidak mengindahkan prosedur yang berlaku di Bandara Polonia, Medan.

Tindakan main terobos personel Densus 88 di Bandara Polonia tersebut akhirnya berujung protes. Komandan Pangkalan TNI AU Medan Kolonel (Pnb) Taufik Hidayat melayangkan surat protes resmi ke Polda Metro Sumut. Dalam surat itu Pangkalan TNI AU mengimbau agar insiden itu mendapat perhatian serius supaya tidak terjadi friksi di lapangan.

"Ke depan proses pemberangkatan anggota Densus 88 maupun personel Polri lainnya hendaknya melalui terminal keberangkatan yang semestinya. Apabila dalam misi khusus, agar menyampaikan pemberitahuan kepada Komandan Pangkalan TNI AU Medan untuk dapat difasilitasi sesuai dengan prosedur keamanan penerbangan yang berlaku," begitu kopi surat protes Pangkalan TNI AU Polonia Medan, yang diterima detikcom.

Selain diprotes lantaran melanggar prosedur oleh Polda Sumut maupun Pangkalan TNI AU Bandara Polonia Medan, operasi Densus 88 dalam menangkap pelaku perampokan Bank CMIB Niaga Medan juga dikritik Direktur Progaram Imparsial Al Araf. Sebabnya, dalam penangkapan tersebut Densus juga menembak mati 3 tersangka perampokan.

Membunuh tersangka teroris, kata Al Araf, harusnya menjadi alternatif terakhir. Kalau memang bisa dilumpuhkan saja itu lebih baik. Apalagi personel Densus 88 memiliki senjata yang canggih yang bisa meminimalisir jatuhnya korban jiwa. "Kalau hanya bisanya tembak mati, itu tugas tentara di medan perang," ujarnya.

Menurutnya, dalam Code of Conduct badan dunia PBB disebutkan, polisi boleh menggunakan peluru tajam atau menambak mati sebagai alternatif paling terakhir. Tapi sebisa mungkin polisi atau satuan antiteror itu harus melumpuhkan pelaku dahulu, kalau sampai mematikan itu sebenarnya tugas tentara. Namun,imbuhnya, dalam code of conduct PBB juga disebutkan polisi dimungkinkan bisa langsung menembak mati, bila memang kondisinya sangat mendesak sekali, misalnya menghadapi perampokan bersenjata yang menodong, atau teroris bersenjata.

"Untuk mengetahui apakah operasi yang dilakukan sudah sesuai SOP dan Code of Conduct PBB, personel Densus 88 yang melakukan tembak mati terhadap tersangka teroris harus diperiksa dulu oleh tim independen," kata Al Araf.

Pemeriksaan oleh tim independen itu sudah lazim di AS dan Inggris. Kedua negara ini melakukan audit terhadap suatu operasi yang dianggap menewaskan teroris atau warga atau pun sanderanya.

Jadi kalau ada tim independen, lanjut Al Araf, Densus 88 tidak menjadi pasukan brutal yang bisa membunuh orang yang dianggap teroris dengan seenaknya. Sebab, setiap kegiatan operasinya nantinya akan dipertanyakan oleh tim independen. Tujuan lainnya, jangan sampai Densus 88 dijadikan alat dari kekuatan politik tertentu. Bagaimanapun juga, penanganan kasus terorisme bisa dijadikan komoditas politik oleh para politisi. (ddg/diks)

Deden Gunawan,M. Rizal - detikNews
Sumber: http://www.detiknews.com/read/2010/09/27/125808/1449315/159/keberhasilan-densus-88-yang-meresahkan

No comments:

Post a Comment